Monday 24 February 2014

Misteri Memancing

Pengalamanku

Aku punya pengalaman unik yang mungkin sulit untuk dipercaya, namun ini kenyataan yang saya alami. Suatu ketika saya sedang berada di pinggir kali untuk mancing, dulu memang saya senang mancing pada malam hari, karena biasanya yang di dapat ikan besar seperti lele, sidat, kutuk dll., Sekitar pukul 11.00 malam di tengah kesunyian, kegelapan dan rasa kantuk yang sudah menghantui katena memang sejak sore belum satupun ikan yang kudapat. Sekonyong-konyong ada orang yang mendekati aku, dan ikut duduk di dekatku, biasa basa-basi sambil menanyakan kepada saya: “sudah dapat belum mas?!”. Saya mencoba mengamati sebentar di keremangan malam dan memastikan itu bukan teman saya, maka dalam hati kecil saya mengatakan ini hanya orang yang sama-sama mancing, dari ciri dan suaranya sepertinya orang ini sudah setengah baya, mungikn berussia sekitar 50-an. Maka saya pun menjawab: “Belum, Pak. lha bapak sendiri sudah dapat belum”, balik aku bertanya, dan dia pun menjawab juga belum dapat satupun. Akhirnya kami pun saling bekenalan yang ternyata dia bernama Bp. Arjo (nama disamarkan) yang kebetulan ia juga hobby mancing sejak masih kecil dan tinggal di dekat kali itu, yang sempat menunjukkan kepadaku rumahnya karena memang rumahnya kelihatan kelip-kelip lampu di dalamnya, kemudian mulailah kami terlibat dalam pembicaraan seputar pengalaman memancing. Menurut kisahnya ia sudah malang melintang di hampir seluruh kali yang berada di DIY ini ia datangi, bahkan sering juga sampai ke Purworejo, Kutoarjo sampai ke Gombong. banyak sekali pengalaman suka dan dukanya ketika menjelajahi kali-kali itu pada tengah malam. Karena saking asyiknya kami bercakap-cakap hingga aku melihat jam ternyata sudah hampir jam 2.00 pagi, dan akupun masih tetap nihil. pada saat itu juga ia mengatakan kepada saya “Sebentar lagi sampeyan pasti dapat, mas”. Sambil ia berusaha untuk berdiri berpamitan untuk melihat pancingnya sendiri yang katanya hanya 50 meter dari tempat kami duduk, dan tempat itu pas hanya beberapa meter dari rumahnya yang ditunjukkan kepadaku tadi. Sebelum ia pergi ia masih mengatakan: “Nanti kalau mau pulang mampir dulu ke rumahmu, ya mas!”. dan sayapun sekedar basa-basi juga setuju: “ya Pak, terima kasih”. Beberapa langkah ia berjalan saya hampir terperanjat, karena saya melihat di kegelapan malam ia sepertinya menabrak rumpun bambu, dan menghilang tapi tidak ada suara apapun dan bambu pun juga tidak ada yang bergerak sedikitpun. Spontan saya bangkit dari tempat duduk dan menghampiri orang itu, jangan-jangan ia jatuh, tapi setelah sampi di tempat ia menghilang tadi memang tidak ada apa-apa, dan betul yang saya lihat adalah rumpun bambu ori. Sebentar saya dibuat heran dan bingung, bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Akhirnya saya mencoba untuk berpikir rasional, karena dalam gelap sehingga mata saya pun bisa terkelabui, jadi sebenarnya bapak tadi memang tidak menabrak rumpun bambu, tapi hanya penglihatan dan perasaan saya saja yang salah. Saya pun juga tidak berusaha untuk melihat di tempat ia mancing yang sebenarnya tidak jauh, aku milih langsung kembali ke tempat pancing saya tertancap. Sebenarnya aku sudah jenuh karena tidak satupun ikan yang kudapat, tapi karena ke tiga temanku jauh di tempat yang saya tidak tahu. Kami biasa kalau mancing di kali selalu berpencar, yang penting ingat di mana kami parkir, sehingga kalau mau pulang kami tidak usah saling mencari, semua akan kembali di tempat parkir sepeda motor. Karena saya berada di dekat motor yang kami parkir, maka konsekuensinya saya harus mau menunggu sampai mereka kembali sekalipun sebenarnya sudah jenuh dan ingin pulang. Namun beberapa saat kemudia terdengar klinting yang aku pasang berbunyi keras, dengan perasaan kaget saya segera ambil Walesan (tongkat pancing) dan betul satu ikan kena, sebentar kemudian aku bisa merasakan kalau yang aku tarik cukup berat, saya berpkiran bahwa ini pasti ikan besar. Dan benar dugaan saya ternyata ikan lele sebesar tangan orang dewasa, yang bagi saya ini luar biasa karena memang jarang sekali kami mancing dapat lele lokal yang sebesar itu, yaaah paling-paling hanya sebesar baterei, tapi yang ini dua kali lipatnya.
Setelah saya masukkan ke dalam karung gandum (kami biasa kalau mancing malam tidak membawa kepis tapi kantung/karung gandum, berjaga-jaga kalau nanti dapat ikan sidat tidak repot), kail saya masukkan lagi ke kali dengan perasaan senang, bangga dan spontan rasa kantuk dan jenuhku hilang seketika. Namun apa hendak di kata tidak lama kemudian dan belum hilang rasa senangku klintingku berbunyi lagi, dan luar biasa aku dapatkan lele lagi dengan besar yang hampir sama dengan yang pertama tadi. Dan keberhasilan ini berlangsung hingga hampir jam 5.00 pagi, yang pada saat itu kami berempat sudah berkumpul, karena biasanya kalau mancing kami selalu pulang sekitar jam lima pagi, setelah aku tanyakan kepada mereka ternyata mereka tak satupun dapat ikan, malah mereka yang terheran-heran melihat saya sukses besar, sebab biasanya aku yagn paling kalah dalam hal perolehan, karena saya memang tidak pernah kemana-mana, jadi kalau mancing begitu sudah menancapkan pancing ya di situ aku berada sampai pulang, entah dapat atau tidak saya tidak pernah pindah. Tidak seperti teman-teman yang lain yagn selalu berpindah-pindah tempat kalau dirasa di sini ikan tidak mau makan. Karena saking herannya mereka semua akhirnya juga ikut melemparkan kail di dekat saya, namun nasib tetap nasih, keberuntungan tetap keberuntungan, sekalipun sudah dengan dengan saya memancing tetap saya punya mereka tidak di makan dan hanya kailku yang selalu disikat ikan. Sampai akhirnya terkumpul 6 lele, 4 sidat, 1 cili, 1 kutuk dan besar-besar lagi, hanya cili yang paling kecil sebesar jempol kaki saja. Luar biasa, dahsyat dan Surprise, ini merupakan pengalaman yang tidak pernah aku lupakan, sepanjang sejarah aku senang mancing baru kali ini mendapatkan hasil sebanyak itu 12 ikan dalam satu malam dan besar-besar. Nah saya pun juga tidak lupa menceritakan pengalamanku ketika ketemu dengan orang yang tidak aku kenal dan bernama Pak Arjo itu pada teman-teman, sampai pada akhirnnya kami memutuskan untuk betul-betul mampir ke rumahnya dengan maksud untuk memberikan sebagian ikan yang aku dapat sekalian utnuk mempererat persaudaraan dan dengan harapan di kemudian hari kalau mancing di situ lagi sudah punya tempat mangkal untuk sekedar titik sepeda motor. Namun kekagetan-kekagetan yang aku alami semalam ternyata masih belum berakhir, ketika saya sampai di rumah Pak Arjo yang kebetulan istrinya sudah bangun sedang memasak air di dapur, saya langsung mencoba untuk permisi “kulo nuwun”, terdengan jawaban dari dalam ” mangga”. Setelah ibu itu ke luar, segera saya sampaikan tanyakan apakah betul ini rumah Pak Arjo dan di jawab “benar”, saya mengatakan ingin bertemu dengan Pak Arjo dan ingin memberikan sebagian ikan yang kami dapat. Saat itu juga kami berempat terperanjat seperti disambar petir di pagi hari, kalau itu itu mengatakan bahwa Pak Arjo ternyata sudah meninggal sebulan yang lalu dan seminggu lagi genap 40 harinya, terasa jantung saya berhenti berdenyut dan badan terasa kaku seperti tak mampu saya menggerakkannya. Namun setelah selang beberapa saat kami sudah bisa menata mental, saya pun bercerita tentang pertemuan saya dengan Pak Arjo dan ibu itu pun juga kaget setengah tidak percaya dengan yang saya ceritakan, tapi apa boleh buat semua sudah terjadi segalanya kita kembalikan kepada yang Kuasa, terlepas semua peristiwa itu benar atau tidak yang pasti ini merupakan pengalaman yang sangat luar biasa dan unik bagi saya pribadi khususnya. Tapi kami tetap memberikan ikan yang kami dapat yang memang sudah kami siapkan dalam dua karung, satu kami bawa pulang yang satu kami berikan kepada ibu Arjo itu, dengan harapan peristiwa ini bisa membuat tali bersaudaraan di antara kami. Ibu Arjo pun akhirnya bisa menerima maksud kedatangan kami berempat. Dan ternyata semasa hidupnya Pak Arjo memang hobby mancing sejak kecil hingga di akhir hidupnya bahkan pancingnyapun masih utuh tersimpan walaupun anak-anaknya yang empat orang itu tidak ada yang suka mancing.
Itulah pengalamanku ketika aku masih senang mancing di malam hari.
dan kalau saya tidak salah ingat kira-kira tahun 1986.

No comments:

Post a Comment